Bak lanjutan topik hangat pemerintah pada tahun lalu tentang Making Indonesia 4.0: Strategi RI Masuki Revolusi Industri Ke-4 . Hari Rabu 30 Januari 2019, berlokasi pada Ruang Rapat Besar Dewan Pertimbangan Presiden telah dilaksanakan WANTIMPRES yang membahas diperlukan adanya dukungan dari pendidikan tinggi untuk menciptakan generasi sumber daya manusia yang dapat menembus era 4.0.
Dibuka oleh Bu Sri selaku ketua WANTIMPRES untuk membuka acara rapat terbatas WANTIMPRES. Pada sambutan tersebut, beliau membahas mengenai perkembangan industri di era 4.0 dengan berkembangnya teknologi informasi yang sudah masuk dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu beliau juga membahas bagaimana peran sebuah institusi pendidikan tinggi dapat mendukung perkembangan teknologi informasi di era ekonomi digital saat ini. Adanya rapat ini bertujuan untuk menerima pendapat dan bagaimana mengimajinasikan agar pendidikan tinggi siap untuk menjadi wadah pendidikan bagi masyarakat umum dalam berkembangnya digital ekonomi.
Setelah Ibu Sri selaku Ketua WANTIMPRES memberikan sambutannya giliran Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu M.A menyatakan “kehidupan sehari-hari masyarakat saat ini bergantung pada adanya IoT. Isu kecil yang ada dalam rumah tangga juga dapat menjadi isu besar dengan adanya jangkauan sosial media yang menyeluruh. Tantangan terbesar bagi perguruan tinggi dalam membentuk jati diri mahasiswa beserta kaum akademisi dalam membuat dan pengolahan data, bukan hanya menjadi penikmat data namun mengolah data tersebut menjadi sebuah inovasi baru yang bermanfaat. Kita ketahui 90% masyarakat Indonesia itu merupakan sekedar pengguna media sosial namun belum mampu untuk menciptakan data yang bermanfaat. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan tantangan terbesar bagi setiap Perguruan Tinggi harus membangun modal yang besar yaitu menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni dalam segala bidang terlebih bidang teknologi informasi, peran tersebut yang dapat dilakukan perguruan tinggi saat ini untuk mencetak generasi baru yang unggul. Selain sumber daya manusia yang mumpuni perlu adanya jaringan internet yang menyeluruh di setiap daerah di Indonesia, dan tugas tersebut menjadi kebijakan pemerintah untuk memberikan support pada setiap Perguruan Tinggi, serta menjadi APBN yang menyeluruh”.
Rektor Unikom yaitu Bapak Eddy, ikut menyuarakan pendapatnya. “Dalam menyikapi permasalah digitalisasi pada Perguruan Tinggi harus ada regulasi dari pihak pemerintah (dikti) untuk membantu setiap instansi Perguruan Tinggi dalam menciptakan sumber daya manusia yang unggul. Dibutuhkan adanya kompetisi hibah yang perlu digalakan untuk pemerintah dapat membantu PTS yang begitu banyak. PTS yang ada di Indonesia saat ini memiliki mindset entrepreneurial maka dari itu kompetisi sangat diperlukan untuk permasalahan tersebut. Tidak hanya pemerintah yang perlu dilibatkan, APTISI dan APTIKOM juga perlu diikutsertakan dalam mengambil kebijakan agar selaras. Perlu diadakannya training untuk Dosen-dosen non APTIKOM agar dapat menguasai sistem. Membangun sarana dan prasarana yang mendukung untuk menunjang proses menciptakan generasi yang unggul. Tidak hanya itu, setiap PTS perlu diadakan reward and punishment untuk diterapkan di perguruan tinggi.
Pendapat berikutnya dikemukakan oleh Bapak Sunnu Widiyanto yang menjadi Perwakilan dari Universitas Padjajaran, Bandung. Beliau berpendapat Unpad saat ini telah menjawab tantangan era industri 4.0 dengan membuka Program Studi (prodi) baru yakni bisnis digital. Menyinggung perkataan Bapak Presiden saat pertemuan sebelumnya, “ini kok universitas gini gini aja, udah lampau.” Rektor Unpad pun menerima usulan dari Bapak Presiden dengan mengadakan survey ke Eropa tentang Bisnis Digital. Setelah melakukan survey maka Unpad membuka Program Studi (Prodi) Bisnis Digital karena sangat dibutuhkan di era digitalisasi saat ini. Dalam bisnis digital perlu adanya sense of business yaitu tidak hanya pandai dalam Tekniknya saja, tapi pandai juga dalam bersosialisasi, sehingga semuanya sejalan.
Tidak hanya itu dalam diskusi tersebut Prof. Haryanto yang merupakan Rektor Binus memberikan pengalamannya di Universitas Bina Nusantara beliau mengatakan “Di Binus saat ini sedang dan telah mengembangkan Digital aset Management. Dimana jika dosen dan mahasiswa membutuhkan project untuk diteliti dapat dicari dalam pencarian aset management. Tidak hanya itu Binus juga membuka research center yang bekerja sama dengan perusahaan teknologi dunia bahkan internasional yakni Apple. Research center tersebut dibuka untuk umum dengan masa pelatihan selama 9 bulan. Untuk apa hal tersebut? Tentunya untuk belajar startup.”
Pendapat selanjutnya diutarakan oleh Ibu Kandi Sofia dari UBM. Beliau berpendapat “Mengenalkan program studi bisnis digital berguna untuk mencetak mindset yang sesuai dengan pasar digital saat ini, dimana perkembangan pasar lebih cepat daripada ilmu pengetahuannya. Dengan hal ini pasar digital yang dapat diakses hanya dengan menggunakan smartphone, keberadaan bisnis digital ini membuka peluang bagi para wirausahawan, anak muda agar dapat menembus pasar internasional. Adapun dasar untuk menguasai pasar internasional ini terdapat pada mata kuliah entrepreneurship yang ada di kampus kami. Kekurangan lulusan TI atau SI yaitu minimnya pengetahuan akan dunia bisnis. Mungkin teknik dapat diandalkan, namun penguasaan pada bidang bisnisnya minim. Sehingga pemerintah diharapkan dapat mendukung setiap Perguruan Tinggi yang ingin membuka prodi Bisnis Digital”.
Dr. Ir. Untung Rahardja M.T.I., M.M selaku Ketua Bidang Strategi dan Perencanaan Teknologi Informasi APTISI Wilayah IVB Banten, berdasarkan artikel yang pernah beliau buat mengenai Adaptasi IT di era Revolusi Industri 4.0. Turut mendukung setiap Perguruan Tinggi saat ini untuk membangun dan menghasilkan generasi yang tentunya dapat membuat Indonesia menjadi lebih maju dalam hal teknologi dan tidak tertinggal dengan negara lain. Tidak hanya itu beliau juga setuju jika setiap Perguruan Tinggi dapat membuka program studi baru Bisnis Digital, contohnya Perguruan Tinggi Raharja yang sedang mengibarkan sayapnya untuk menjadi Universitas dengan turut berkontribusi menyediakan program studi Bisnis Digital untuk menunjang perkembangan teknologi saat ini sudah masuk ke dunia bisnis serta sumber daya manusia untuk dapat mencetak sumber daya manusia yang ahli dalam digitalisasi ekonomi.
Leave a Reply