Ketua Umum BKS-PTSI: Masrurah, Jadi Narasumber Rembug Nasional II

aptisiorid.wpengine.com, Tangerang – Ketua Umum Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKS-PTIS) se-Indonesia yang juga sebagai Rektor Universitas Muslim Indonesia Prof Dr Hj Masrurah Mokhtar, MA hadir di acara Rembug Nasional II APTISI dengan tema “Membangun Perguruan Tinggi Swasta di Era Distruption” bertempat di Universitas Tarumanegara, Jakarta, Rabu (31/1/2018).

Selain Masrurah, turut menjadi narasumber juga Ketua Umum APTISI Pusat Budi Djatmiko,  Ketua ADI Pusat Dino Patti Djalal, Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi, Ketua APPERTI Pusat, Ketua Umum Ikatan Ahli Komputer Indonesia.

Ketua Umum APTISI pusat Budi Djatmiko sebelum membuka acara mengatakan, Forum urung rembuq II didasari hasil pertemuan dengan Presiden RI yang meminta APTISI dan organisasi profesi lainnya untuk memberikan masukan disertai dengan fakta apa yang terjadi di lapangan tentang persoalan apa yang dihadapi PTS dan apa usulan konkrit untuk pemerintah dalam meningkatkan kualitas PTS ke depannya, khususnya kesiapan PTS menghadapi era distruption.

Rektor Tarumanegara, Prof Dr Ignus Purnawirawan dalam sambutannya, sebagai tuan rumah memberikan apresiasi atas kepercayaan APTISI Pusat menempatkan rembug nasional II di kampus Tarumanegara yang dihadiri dewan pakar, dewan penasehat, pengurus Aptisi se Indonesia, organisasi seperti APPERTI, ADI, BKS PTIS.

“Saya berharap forum ini dapat menghasilkan Informasi pengembangan PTS kedepannya dengan mengedepankan kualitas output atau lulusan yang siap berkompetisi di era distruptif” ujarnya.

Masrurah dalam paparannya mengatakan, pendidikan harus dijadikan sebagai upaya memajukan bangsa dengan tetap menjaga identitas bangsa dan budaya yang relijius tanpa menutup diri terhadap perkembangan global yang positif dan menekankan penguatan kurikulum pendidikan agama dan  kebhinekaan dalam bingkai NKRI. 

“Harapan saya pemerintah harus adil dalam peraturan kebijakan terhadap PTS dan PTN tidak boleh ada diskriminasi dan mengedepankan aspek pembinaan dan pengawasan bukan aspek regulasi yang memberatkan,” ujar Ketua Umum Asosiasi Dosen Indonesia Sulsel.

Menurutnya, dalam menghadapi era distruption harus memperhatikan tata kelola akuntabilitas dan transparan, membekali lulusan dengan kompetensi yang siap di pasar global, kuat pada aspek financial, SDM Dosen berkualitas, ICT digitalisasi, sanpras yang siap, dan sebagainya dengan strategi melakukan analisis kelemahan dan potensi internal dan analisis tantangan dan peluang eksternal.

“Era distruption kita harus hadapi dan menjadi bagian, bukan ditantang,” lanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*